Iklan -- Scroll untuk lanjut membaca
Advertisement

Arsitek Zaman Now Wajib Kreatif, Adaptif, dan Melek Teknologi!

Arsitek Zaman Now Wajib Kreatif, Adaptif, dan Melek Teknologi!
Ilustrasi. Arsitek. (Foto: Dok. Charliepix/Canva)

TAJAM.NET — Dunia arsitektur kini memasuki fase baru yang jauh lebih dinamis, kompleks, dan menantang. Peran arsitek tak lagi sekadar menggambar denah bangunan atau mendesain rumah mewah, tetapi ikut menentukan wajah masa depan kota, ruang publik yang ramah lingkungan, hingga hunian yang nyaman dan efisien energi.

Di era modern, profesi ini menuntut pelaku di dalamnya untuk semakin kreatif, adaptif, dan melek teknologi.

Perkembangan pesat dalam pembangunan perkotaan, pertumbuhan kawasan industri, hingga proyek-proyek penataan ruang yang memperhatikan perubahan iklim membuat kebutuhan terhadap jasa arsitek semakin besar.

Mereka tidak hanya dibutuhkan untuk membangun, tetapi juga menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan manusiawi.

Arsitek harus peka isu sosial

Tantangan arsitek masa kini bukan cuma soal teknis konstruksi. Mereka juga dituntut memahami dinamika sosial, lingkungan hidup, hingga realitas ekonomi masyarakat.

Desain yang hebat bukan hanya yang indah dipandang, tetapi juga berfungsi baik, berkelanjutan, dan berpihak pada kepentingan publik.

Hal ini membuat peran arsitek menjadi multidimensi. Mereka harus mampu menyatukan estetika, efisiensi ruang, dan kesadaran ekologis dalam setiap proyek yang dikerjakan.

Teknologi jadi senjata wajib arsitek modern

Kemajuan teknologi juga membawa perubahan besar dalam cara kerja para arsitek. Penggunaan software desain seperti AutoCAD, Revit, SketchUp, hingga Building Information Modeling (BIM) kini menjadi standar industri. Dengan teknologi ini, desain bisa dikerjakan lebih presisi, efisien, dan kolaboratif lintas tim.

Ditambah lagi, tren kerja jarak jauh memungkinkan arsitek asal Indonesia berkontribusi dalam proyek-proyek internasional tanpa harus berpindah domisili. Peluang kerja kini terbuka luas, tapi tantangan kompetisi juga makin ketat.

Portofolio harus inovatif

Dalam situasi kompetitif seperti sekarang, banyak arsitek muda berlomba-lomba menunjukkan kemampuan terbaik mereka lewat portofolio desain yang out of the box dan visioner. Mereka harus tampil dengan ciri khas, pemahaman teknologi, dan ide-ide yang segar.

Melihat tren tersebut, institusi pendidikan arsitektur pun mulai berbenah. Salah satunya adalah Kunkun Academy, lembaga pendidikan yang mendorong pendekatan pembelajaran kolaboratif dan aplikatif.

Tujuannya adalah mencetak lulusan yang tak hanya jago di atas kertas, tetapi juga siap menciptakan ruang-ruang yang berdampak positif bagi masyarakat.

STRA dan sertifikasi wajib dimiliki arsitek profesional

Namun, menjadi arsitek profesional tidak cukup hanya bermodal kreativitas dan kemampuan teknis. Legalitas dan bukti kompetensi menjadi syarat utama yang tak bisa ditawar. Untuk itulah diperlukan Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

STRA adalah bukti tertulis bahwa seorang arsitek memiliki kualifikasi dan tanggung jawab penuh atas proyek yang dikerjakannya.

Ulinata, ST.Ars, M.T, Dosen Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI), menegaskan pentingnya peningkatan kompetensi dan legalitas dalam praktik arsitektur.

“Untuk meningkatkan mutu karyanya, seorang arsitek perlu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga dapat bersaing secara kompetitif dengan arsitek lainnya,” kata Ulinata.

Ia juga menekankan pentingnya STRA untuk bersaing di pasar kerja:

"Bisa juga mengikuti penataran kode etik dan pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga kemudian diperkenankan mengikuti uji kompetensi hingga pada akhirnya memiliki bukti tertulis untuk melakukan praktik arsitek dan bertanggung jawab pada pekerjaan arsitektur yang dirancang," ujarnya.

Kurikulum arsitektur wajib responsif zaman

Kabar baiknya, sejumlah kampus dan lembaga pendidikan arsitektur di Indonesia sudah melakukan penyesuaian kurikulum agar sejalan dengan kebutuhan zaman.

Tantangan global seperti krisis iklim, urbanisasi masif, dan transformasi digital menjadi pertimbangan utama dalam merancang kurikulum yang lebih adaptif.

Para lulusan kini dituntut lebih peka terhadap isu sosial dan lingkungan, bukan semata ahli menggambar denah dan perspektif 3D. Menyadur situs resminya, Kunkun Academy menekankan pentingnya metode pembelajaran yang mengasah kreativitas sekaligus membentuk rasa tanggung jawab sosial di kalangan calon arsitek. Info lebih lanjut dapat disimak pada website www.kunkunacademy.com.

Arsitek tak boleh stagnan

Di tengah cepatnya perkembangan dunia arsitektur, satu hal yang pasti adalah keharusan untuk terus belajar. Profesi ini menuntut pembaruan pengetahuan dan keterampilan secara terus-menerus agar tetap relevan.

Arsitek modern harus punya kombinasi tiga kekuatan: desain yang solid, penguasaan teknologi yang mutakhir, serta kepekaan terhadap konteks sosial dan lingkungan. Dengan bekal ini, mereka berpeluang besar menjadi pionir dalam pembangunan yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat.

Dunia arsitektur bukan sekadar tentang membangun bangunan, tetapi tentang menciptakan masa depan. Di tangan arsiteklah, ruang hidup bisa menjadi lebih baik, lebih hijau, dan lebih manusiawi.

Jika Anda seorang calon arsitek, mahasiswa arsitektur, atau bahkan profesional yang ingin meningkatkan daya saing di industri, sekaranglah waktunya untuk terus mengasah kemampuan, memperkaya portofolio, dan menyiapkan STRA sebagai tiket menuju praktik profesional yang kredibel.

Karena menjadi arsitek zaman now bukan hanya soal menggambar, tapi soal berpikir, berinovasi, dan berkontribusi nyata bagi kehidupan.